INJIL DAN ADAT BATAK
I. Apa dan Mengapa Adat Batak?
1.Konflik antara adat dan Injil
“Ompu parjolo (Raja Jolo) martungkot sialagundi (sampiran)
Pinungka ni parjolo siihuthonon ni na di pudi”. (isi).
Artinya, hasil karya (adat istiadat) yg diciptakan oleh nenek moyang diikuti oleh keturunannya.
Apa yang dimaksud dengan “Adat”?
Menurut kamus umum Poerwadarminta, kata “adat” ( Yunani, paradosis)
berarti sesuatu yang dilakukan secara berulang-ulang, sesuatu yang lazim
dilakukan oleh masyarakat.
Adat juga dimengerti sebagai bagian dari kebudayaan yang dimengerti
oleh Richard Niebuhr sebagai “the total process of human activity and
the total result of such activity…the work of men’s minds and hands”.
Dr Jan S. Aritonang::
“Persoalan dan ketegangan antara Kekristenan dan Habatahon, atau antara
Injil dan Adat Batak, sebenarnya sudah merupakan persoalan klasik; sudah
muncul sejak berlangsungnya perjumpaan di antara keduanya, katakanlah
sejak awal abad ke-19, ketika para Penginjil Barat datang ke Tanah
Batak”
Lothar Schreiner mencatat bahwa para utusan Zending dan raja membagi
adat atas ketentuan-ketentuan dan unsur-unsur yang bersifat anti
Kristen, yang netral dan pro-kristen.
Pdt. I.L. Nomensen membagi Adat tsb ke dalam tiga kategori:
a. Adat yang netral
b. Adat yang bertentangan dengan Injil
c. Adat yang sesuai dengan Injil
2. Sikap yg menerima adat (pro adat)
Humala Simanjuntak:
“Sebelum hadirnya utusan Injil tsb, orang Batak telah mengenal dan
mengalami nilai-nilai religius yang berasal dari nenek moyang orang
Batak, yakni si Raja Batak. Nilai nilai religius itu dikaitkan semuanya
dengan keseluruhan budaya asli Batak”.
- “Keseluruhan nilai-nilai (values) tersebut dapat dikatakan merupakan
deep culture, yaitu nilai-nilai yang tidak luntur oleh hujan dan tidak
layu oleh panas. Dia kokoh dan tahan uji, sulit dihapuskan oleh pengaruh
luar, dia selalu relevan dan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan
baru”.
B. Sidabutar:
“…tanpa agama, kebudayaan tak punya arah tujuan yang jelas. Sedang tanpa
kebudayaan agama tidak menemukan dasar pijaknya di bumi. Jelas bahwa
agama dan kebudayaan itu sesungguhnya saling membutuhkan. Jelas pula
bahwa adat istiadat itu pada dasarnya bukan sesuatu yang bertentangan
dengan nilai-nilai agamawi”.
3. Sikap yg menentang adat (Kontra adat)
Kelompok yang anti Adat Batak & buku yang ditulis:
- Pdt A.H. Parhusip, Jorbut Ni Adat Batak Hasipelebeguon.
- Edward B. Hutauruk, Adat Batak- Tinjauan Dari Segi Iman Kristen dan Firman Allah
- Henry James Silalahi: Pandangan Injil terhadap Upacara Adat Batak
- James Silalahi:
“Hadirnya seluruh unsur Dalihan Natolu… merupakan lambang dari kehadiran
para roh sembahan leluhur dalam acara tersebut… Karena itu, setiap
pelaku upacara agama Batak dibentuk secara rohani menjadi ‘Peta Tiga
Dewa Batak’ atau ‘Peta Mulajadi Nabolon’, atau lebih tegas lagi ‘Peta
Iblis’ “.
- Parhusip:
“Husungkan ma, dia ma tahe adat Batak na so ulaon hasipelebeguon. Nda
sipelebegu do sude halak Batak andorang so ro dope hakristenon? Tung
tagamon ma ulaning adong adat Batak na ias (sirang) sian hasipelebeguon?
Molo adong, hatahon ma na dia ma i? Nda tubu di hasipelebeguon do na
jolo ompunta di Batak? …”.
Dasar Alkitab: Mat 15:1-20, 1Pet.1:18-19 dan Gal.3:27.
- Mat.15: 6b
“… Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadatmu sendiri”.
- 1Pet.1:18-19.
“Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang
sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang
yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah
yang mahal, yaitu darah Kristus…”
-Gal.3:27:
“Karena kamu semua yang dibaptis dalam Kristus telah mengenakan Kristus” (Gal.3:27).
James Silalahi menulis tentang Nomensen:
“Namun sampai akhir hidupnya, Nomensen gagal menyelesaikan masalah
tersebut. Salah satu sumber kegagalan Nomensen terletak pada kategori
yang dibuatnya sendiri. Nomensen sulit menentukan upacara adat Batak
mana yang tidak bertentangan dengan Injil dan upacara adat mana yang
netral”.
Tuduhan terhadap pelaku Adat Batak:
1. Terlibat dalam kuasa kegelapan, mempraktekkan hasipelebeguon.
2. Kompromi & Sinkretisme.
3. Agama
4. Merampas hak Allah.
II. Bagaimana Memahami Adat Batak?
1.Pandangan Alkitab: Positif dan Negatif.
Bangsa Israel disebut telah berdosa kepada Tuhan,
“karena mereka telah menyembah allah lain, dan telah hidup menurut adat
istiadat bangsa-bangsa yang telah dihalau Tuhan dari depan orang Israel”
(2 Raja2 17:7b-8).
Di pihak lain,
“… dilihat merekalah bahwa rakyat yang diam di sana hidup dengan
tenteram, menurut adat orang Sidon aman dan tenteram. Orang-orang itu
tidak kekurangan apapun di muka bumi, malah kaya harta”. (Hakim2 18:7)
- “Mereka mengambil mayat Yesus, mengapaninya dengan kain lenan dan
membubuhinya dengan rempah-rempah menurut adat orang Yahudi bila
menguburkan mayat” (Yoh.19:40)
- “Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan
filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun temurun (adat
istiadat) … tetapi tidak menurut Kristus” (Kol.2:8).
“Di dalam agama Yahudi aku jauh lebih maju dari banyak teman yang
sebaya dengan aku di antara bangsaku, sebagai orang yang sangat rajin
memelihara adat istiadat nenek morangku” (Gal.1:14).
-“Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku
hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin
orang. Demikianlah Bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi,
supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi…bagi orang-orang yang lemah
aku menjadi seperti orang yang lemah, supaya aku dapat menyelamatkan
mereka yang lemah. Bagi semua orang, aku telah menjadi segala-galanya,
supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara
mereka. Segala sesuatu ini aku lakukan karena Injil… ” (1Kor.9:19-23).
2.Adat Sebagai Hasil Karya Manusia
Adat diciptakan oleh manusia. Memahami adat, tidak terlepas dari
memahami manusia.
a. Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah.
“Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita…” (Kej.1:26).
b. Manusia telah jatuh ke dalam dosa
- Kej.3
- Ro.3:9-20.
Karena itu:
- Tradisi salah satu suku di Afrika.
- Band. Ulangan 22;13-30; khususnya ayat 22.
III. Bagaimana Sikap Kita Seharusnya?
1. Bersikap Selektif
2. Bagaimana caranya?
a. Memiliki relasi yang benar dan dewasa dalam Yesus
“Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari
daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari
Roh. Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah
hidup dan damai sejahtera. Sebab keinginan daging adalah persetetuan
terhadap Allah…mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan
kepada Allah” (Ro.8:5-8).
b. Memahami Adat Batak tersebut dengan benar.
- Masalah ulos
- Masalah somba marhula-hula
c. Memahami berita Injil (Alkitab) dengan benar.
- Mat.15.6b
- 1Pet.1:18-19
- Gal.3:27
- Yoh.17. Yesus Kristus Na Margoar
d. Mampu menggabungkan kedua pemahaman tersebut.
Bagaimana jika kita hanya memahami sepihak saja? Adat atau Injil saja? Jika demikian, maka dapat terjadi hal-hal berikut:
a. Kita dapat mempertentangkan antara Adat dengan Injil, yg sebenarnya tidak bertentangan.
b. Kita dapat menyamakan antara Adat dengan Injil yg sebenarnya tidak sama, tapi sebenarnya bertentangan.
Jadi:
- Jangan pertentangkan yang tidak bertentangan
- Jangan samakan yang tidak sama
- Pahamilah dengan tepat.
IV. Aplikasi.
1) Beberapa pertanyaan refleksi
2) Beberapa contoh praktis.
Kesimpulan dan Penutup
Setelah sedemikian jauh kita membicarakan antara Adat Batak dan Injil, maka kini kita mengambil beberapa kesimpulan:
1. Penerimaan dan penghargaan kita terhadap Adat Batak tersebut
sebenarnya juga sejalan dengan Alkitab baik Perjanjian Lama maupun
Perjanjian Baru.
2. Kita harus selektif terhadap Adat Batak, menerima yang sesuai dan menolak yang bertentangan dengan Alkitab.
3. Kita juga harus mengikuti teladan Tuhan Yesus, yang tidak hanya
selektif terhadap Adat, tapi juga terus menerus membaharuinya.
4. Dalam penerapan Adat Batak tersebut, kita harus selalu waspada
agar tidak tersesat dan menghambat pertumbuhan Iman kita. Sikap waspada
tersebut sesuai dengan pemahaman kita tentang doktrin manusia, termasuk
diri sendiri, yang telah jatuh ke dalam dosa.
5. Penerimaan dan penghargaan kita terhadap Adat secara umumnya, dan
Adat Batak secara khusus, juga sejalan dengan pengakuan dan penghargaan
kita kepada nilai luhur kemanusiaan kita yang dicipta menurut gambar dan
rupa Allah.
6. Penerimaan dan penghargaan kita terhadap Adat Batak dapat juga
dilihat sebagai penghargaan kita kepada karya nenek moyang sebagai salah
satu warisan sangat berharga. Karena itu, kita bukan saja bersikap
menerima Adat tersebut tetapi juga terus menerus membaharuinya.
7. Penerimaan dan pengakuan kita terhadap Adat Batak juga dapat
dilihat sebagai pengakuan dan penghargaan akan karya Allah yang sanggup
bekerja di dalam diri nenek moyang, entah mereka menyadari hal itu atau
tidak.
8. Penerimaan dan penghargaan kita terhadap Adat Batak juga dapat
menjadi sarana bersaksi. Ingat kesaksian rasul Paulus pada Gal.1:14-16;
1Kor.9:19-23. Jadi jika kita menolak adat, maka kita sebenarnya
kehilangan kesempatan utk bersaksi.